Di dua sesi pertama pagi tadi di kelas 8.3, sempat saya bagikan cerita tentang semangat sang bapak ini. Betapa kobar semangatnya tak pernah surut sejak ia berumur lima (lima, hanya sebuah angka, mungkin juga tiga, mungkin juga satu, siapa benar-benar tahu). Sudah uzur dia, tapi semangatnya masih menyala-nyala menyiarkan kabar baik serta membereskan ‘akar pohon’ yang mulai membusuk.
Nama bapak tua ini adalah Stephen Tong. Kalau merasa asing dengan namanya, silakan, ketik saja nama itu di mesin pencari google. Meski begitu, saya yakin internet belumlah terang-seterang-terangnya menyediakan semua info tentang beliau. Saya bersyukur sekali, dalam masa hidup saya yang seperti uap ini, pernah bertemu dengan orang semacam beliau, intens berada dalam lingkarannya, dan akhirnya menemukan apa yang selama ini saya cari setelah berkelana ke sana ke mari.
Satu hal perlu saya bagikan (kalau-kalau kau sempat membaca), bahwa ketika kau bisa membedakan hal mana yang paling utama dan mana yang tidak, mana yang paling berharga dan mana yang tidak, mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan, rasanya melegakan sekali, bahagia sekali, takjub sekali, “Oh, inikah?” ๐๐๐ Ini bukan lagi tentang saya. Tidak. Tentang saya sudah selesai. Tentang saya sudah tak ada lagi yang perlu dirisaukan. Tapi ini adalah mengenai kelanjutannya. Bagaimana penemuan berharga ini saya teruskan pada engkau sekalian agar mungkin dahagamu pun sekali terpuaskan dan sesudah itu selesai๐. Adalah tugas saya. Adalah tanggung jawab saya. SDG. ๐๐๐๐๐๐
Catatan: foto KKR Refo500 di Papua, diambil dari grup WA. Sudah juga dipublikasi melalui akun fb @reformedinjili