God's Story, Refleksi

Lagi, Sebuah Teladan, ketika hidupmu sudah bukan tentang engkau lagi

Di dua sesi pertama pagi tadi di kelas 8.3, sempat saya bagikan cerita tentang semangat sang bapak ini. Betapa kobar semangatnya tak pernah surut sejak ia berumur lima (lima, hanya sebuah angka, mungkin juga tiga, mungkin juga satu, siapa benar-benar tahu). Sudah uzur dia, tapi semangatnya masih menyala-nyala menyiarkan kabar baik serta membereskan ‘akar pohon’ yang mulai membusuk.

Nama bapak tua ini adalah Stephen Tong. Kalau merasa asing dengan namanya, silakan, ketik saja nama itu di mesin pencari google. Meski begitu, saya yakin internet belumlah terang-seterang-terangnya menyediakan semua info tentang beliau. Saya bersyukur sekali, dalam masa hidup saya yang seperti uap ini, pernah bertemu dengan orang semacam beliau, intens berada dalam lingkarannya, dan akhirnya menemukan apa yang selama ini saya cari setelah berkelana ke sana ke mari.

Satu hal perlu saya bagikan (kalau-kalau kau sempat membaca), bahwa ketika kau bisa membedakan hal mana yang paling utama dan mana yang tidak, mana yang paling berharga dan mana yang tidak, mana yang lebih dahulu dan mana yang belakangan, rasanya melegakan sekali, bahagia sekali, takjub sekali, “Oh, inikah?” ๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡ Ini bukan lagi tentang saya. Tidak. Tentang saya sudah selesai. Tentang saya sudah tak ada lagi yang perlu dirisaukan. Tapi ini adalah mengenai kelanjutannya. Bagaimana penemuan berharga ini saya teruskan pada engkau sekalian agar mungkin dahagamu pun sekali terpuaskan dan sesudah itu selesai๐Ÿ˜š. Adalah tugas saya. Adalah tanggung jawab saya. SDG. ๐Ÿ˜‡๐Ÿ™๐Ÿ˜‡๐Ÿ™๐Ÿ˜‡๐Ÿ™

Catatan: foto KKR Refo500 di Papua, diambil dari grup WA. Sudah juga dipublikasi melalui akun fb @reformedinjili

Cuplikan Cerita Lentera, Galeri Lentera, Refleksi

Proyek UTS Kelas 9

UTS kelas 9 kali ini,  mata pelajaran Bahasa Indonesia berkolaborasi dengan Fisika dan SBK.  Siswa-siswa membuat satu produk berupa pesawat sederhana yang ada rangkaian listriknya dengan memanfaatkan bahan bekas. Produk tersebut rencananya akan dibalut dengan gambar motif tenunan daerah NTT (begitu yang saya tangkap. akan saya perbaiki bila info ini salah). Itu bagian dari materi pelajaran Fisika dan SBK (Saya kurang tahu-belum tanya soalnya๐Ÿ˜˜, kalau akan ada program lanjutan terkait produk-produk itu). Lalu, di bagian apa mata pelajaran Bahasa Indonesia?

Nah, materi pelajaran Bahasa Indonesia untuk proyek ini adalah membuat laporan hasil pengamatan serta mengkritik/memuji suatu karya (seni/produk) dengan bahasa yang lugas dan santun (demikian bunyi salah satu KD dalam pelajaran Bahasa Indonesia kelas 9  di KTSP). Jadi, tugas laporan serta membuat kritikan/pujian ini akan dikerjakan kalau proyek sudah selesai. 

Karena berkolaborasi, maka untuk sesi tiga mata pelajaran ini, siswa mengerjakan proyek tersebut. Mereka hanya diperkenankan bekerja di sekolah, khususnya pada mata pelajaran terkait. Sudah menjadi aturan sekolah bahwa setiap tugas yang dikerjakan dalam kelompok harus diselesaikan di sekolah. Hari ini, di satu sesi terakhir mata pelajaran saya, tepatnya sesi ke-4, siswa/i kelas 9.4 saya persilakan untuk mengerjakan proyek UTS mereka. Mereka mulai berkumpul dalam kelompok yang sudah ditentukan. Mengeluarkan barang bawaan mereka dan mulai bekerja. Salut dan senang melihat mereka bekerja dengan sungguh-sungguh. 
Di antara mereka, bahkan ada satu siswa yang paginya mengaku sakit (dan memang wajahnya terlihat pucat) mengatakan tetap datang ke sekolah karena mengingat tanggungjawabnya dalam proyek itu. Saya mendengar pengakuannya dan segera berlalu. Barulah di saat KBM itu saya lihat ternyata bagian dia memang cukup penting dalam kelompok mereka. Saya teringat pengakuannya pagi tadi. Luar biasa๐Ÿ˜š. Saya berdoa, semoga kegigihannya tetap datang ke sekolah walau dalam keadaan sakit sebab teringat akan proyek mereka ini bukan hanya untuk mendapat nilai baik semata, tapi adalah sikap tanggungjawabnya yang sudah merasuk dalam dirinya๐Ÿ˜„๐Ÿ™๐Ÿ˜‡. Demikian tulisan singkat ini. Mau ia tetap datang karena nilai atau karena tanggung jawab, saya tak benar-benar tahu, tapi minimal ia telah mengajarkan satu hal untuk saya, seorang ia saja mau meninggalkan sakitnya demi kepentingan bersama๐Ÿ˜ฑ๐Ÿ˜„๐Ÿ˜š.
Catatan: Tulisan ini awalnya hanya untuk memahatkan salah satu sesi KBM hari ini di kelas 9.4. Tapi jadinya malah ke refleksi tentang siswa yang mengaku sakit tapi tetap datang ke sekolah demi proyek UTS.